Langsung ke konten utama

Postingan

BIDADARI di kelas X.1-ARDIAN SAPUTRA

”Pada saat gue baru mau membuka topik lagi dengan Farida, tiba-tiba dia bilang ‘Kita gak bisa ngeliat Mardilah lagi di sini’. Kenapa ? kata gue “ Nama gue Ardian. Tahun 2011 ini adalah tahun gue masuk sekolah. Dengan harus melewati banyak masalah, akhirnya gue bisa juga melanjutkan sekolah ke tingkat SMA. Keterbatasan ekonomi orang tua gue membuat gue sempat terhenti 3 bulan setelah gue lulus SMP. Sampai akhirnya setelah gue lulus SMP dan belum sempat mendaftar ke SMA, gue bekerja di warnet yang di miliki oleh Bapak Abdurrahman selaku Kepala Sekolah gue. Setelah gue bekerja, gue bilang ke emak gue supaya beliau mau melanjutkan pedidikan gue dan gue bilang gue akan ikut bantuin buat biaya sekolah gue karena gue udah bekerja di Warnet. Karena gue menjadi anak baru di sekolah, akhirnya gue selamat dari kegiatan OSIS “Masa Orientasi Siswa”. Tapi tentunya, gue menjadi bulan-bulanan Guru Bahasa Inggris gue yang sekaligus beliau menjabat sebagai Pembina Osis. Sebagian guru dan teman-teman ada

KITA GAK BOLEH GITU SAMA ORANG TUA.

Siang yang panas menembus atap rumah gue dan akhirnya membangunkan gue. Sejenak gue masih mengumpulkan nyawa sebelum benar-benar bangun. Dari dalam kamar gue ini, terdengar sayup-sayup obrolan dua orang di depan rumah mengiringi gue yang bangkit dari kasur dan berdiri di depan cermin untuk melihat sosok pemuda yang bermuka bantal. " Jangan ngajak dia ( gue ) kerja " ucap percakapan orang itu yang gue dengar dari balik kamar kepada orang yang pernah ngajak gue bekerja tahun lalu. Kalimat itu membuat gue yang baru bangun dari tidur, dan lagi ngaca di samping kasur, langsung membanting botol kaca yang di atas meja ke lantai, menutup pintu kamar mandi hingga kedua suara benturan yang gua buat tadi terdengar ke kupingnya yang sedang di luar. Yang ke duanya itu gue jadikan sebagai simbolis " Gak gini cara loe mendidik gue ". Solusi buat gue biar awet bekerja adalah bagaimana gue gak jumpa dengan "penyakit hati" loe. Gue berhenti bekerja karena gue melampiaskan e

ASMARA POHON NANGKA - ARDIAN SAPUTRA

"Syahri terlihat sudah sangat jauh meninggalkan kami yang sedang mendekati Pohon Nangka. Suasana menjadi hening, tanpa obrolan, gue bingung mau mulai dari mana. Akhirnya...." Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang keluar dari bibir anak-anak cowok dan perempuan menambah ke khusuan gue yang duduk di baris belakang di dalam musholah tempat gue dan teman-teman mengaji. “ Ardi, Ayok baca “ seru Ustadz Hadi sambil menggerakan jari telunjuknya yang di atas lutut ke arah gue. Gue pun membaca Al-Qur’an di depan beliau dengan suara yang sangat memaksa sedikit keras agar bisa terdengar oleh Ustadz Hadi. “ Plaaak “ suara sabetan kalam ke lantai, Ustadz Hadi menggebrak suasana bising tanpa berkata-kata dan hanya memandang anak-anak cowok. Tidak dapat di pungkiri, gue juga kaget mendengar suara sabetan itu. Suasana pun hening dan tenang. Gue pun melanjutkan bacaan Ayat sampai 7 baris dan kembali duduk di tempat gue. “Kalian jangan kebanyakan bercanda di sini, cara kalian membaca mas

ANAK PERTAMA - ARDIAN SAPUTRA

Di tempat gua tinggal, ada yang namanya Ibu Diah punya 3 anak dan Beliau ini sangat pekerja keras. 2 anak terakhirnya masih menempuh pendidikan sekolah dan kuliah, dan yang anak pertama fokus 4 tahun gak ada kerjaan / nganggur. Tapi Ibu Diah ini sabar banget ngadepin anak pertamanya. Anak yang satu ini soalnya cerdas soal musik. Kadang dia ini ngamen buat dia jajan dan kepepet pinjol. Disisi lain nih anak, jika meng "apply" pekerjaan dia memilih menjadi Customer Service, karena dia ingin menanggapi konsumen yang mengeluh. Tapi biar dia ngamen begitu, dia juga suka menonton dan mengomentari Sepakbola Timnas Indonesia. Kalau ada acara Timnas di TV, pas lagi pacaran, dia rela mampir ke warung kopi yang lagi nonton Timnas. Kalau pacarnya gak mau ikut, seketika itu juga acara pacaran di paksa berhenti dengan alasan dia yang "mau ngangkat jemuran" (berbohong).  Suatu hari anaknya ini pernah menantang penagih pinjol buat datang kerumah karena jengkel di teleponin terus. Ta

KEPULAN ASAP DI TENGAH PATAH HATI - ARDIAN SAPUTRA

Gak ada rokok bikin gua planga-plongo . Di luar rumah gua bengong, di dalem rumah gua bego. Gara-gara lubang hidung gua belom kena asap. Yaudah gua buka kulkas, gua hirruuup asapnya. Setelah itu gua "celeng", di dalam kulkas ada lem.  Gua pernah pusing seharian gara-gara roko gua gak ada di kamar, gua bingung nyari kemana lagi. Yauda gua ke warung, gua  bilang ke ibu nya ; "Bu beli rokok" "Gak ada mas"  "Abis ya bu" "Adanya Lem nih Mas" "LEM LAGI ?" "Kalo itu suami saya yg jual, Saya jaga material" "oh maaf maaf bu, 1 tempat soalnya, gak liat saya" Akhirnya gua beli lem, buat gua taro lagi di kulkas. Setelah itu gua beli suaminya eh rokoknya dan langsung pulang.  Ada yg bilang kalo ngerokok bisa bikin keren, kenyataannya kagak. Liat gua sekarang!  DIMANA KERENNYA?  Waktu itu umur gua 15 Tahun [1 SMA], lagi nongkrong di kebun yg terkenal dengan semut merahnya sama teman-teman gua y

KAMU LAGI - ARDIAN SAPUTRA

Hari ini outlet rame banget,  gua masak ayam banyak tetep aja lama. Banyak pengunjung yang kesal sama fitri, yolanda, dan agnes sebagai kasir sekaligus cemceman gua yg sering gua godain. Pengunjung udah gak pada kondusif, ada yang sabar ada juga yang teriak sampe mukanya mencerminkan umat yang dirindukan nyala api. "Mbak bisa cepetan gak, Mbak lama amat si".  Terus ojol di sebelah kiri kasir "Mbak agnes ini cantik juga yak". Logat jawa Si agnes "iyaaboss" membalas menyerupai suara Sopo (Sopo & Jarwo).  Si fitri yang lagi siapin makanan mulai emosi ke gua yg bagian kitchen. "KAMU EMANG GAK BISA YAAK NGERJAIN APA-APA TEPAT WAKTU, LIAT AKU YANG UDAH CEPET GINI TIBA-TIBA DI OMELIN SAMA PENGUNJUNG, TAU GAK GARA-GARA SIAPA, GARA-GARA KAMU". Terus gua "GARA-GARA AKUU?". Gua yang bakbikbek kerja masih berusaha sabar, gua tetap fokus. Lalu dalam suasana yang hiruk pikuk itu Manager gua yang mirip orang jepang tiba-tiba muncul dari belakang

BAPAK DENIS - ARDIAN SAPUTRA

 “ Belokin, Belokin! Jangan lurus aja entar nabrak tembok “ Seru Denis kepada Satria yang bermain remot control di ruang tamu rumah Satria. “ Iya iya ini gua belokin, tenang aja ngapa “ saut Satria. Datanglah Bapaknya Denis yang terlihat oleh mereka di depan pintu, “ Denis, ayok ikut Bapak, kita main “ tanpa berfikir Panjang, Denis pun meng-iya-kan dan langsung pamit kepada Satria. “ Pak pak, denis mau punya mobil remot kaya Satria “ Denis memohon dengan perasaan yang sedikit iri. “ Iyak sabar yaah, nanti kita beli “ Balas Bapaknya Denis dengan senang. Tangan Bapak Denis yang hitam dan postur badannya yang kurus itu masih kuat menggendong anaknya menuju ke jalan raya. Bapak Denis pun mengulurkan tangan ke mobil angkutan kota mengisyaratkan akan naik. Di dalam angkutan yang ramai dengan penumpang ibu-ibu dan sedikit lelaki tua. “ Anaknya lucu banget yak pak, siapa Namanya “ sapaan awal lelaki tua kepada Bapaknya Denis. “ Denis, kamu di tanyain nama kamu siapa, Ayok jawab! “ Ucap B