Siang yang panas menembus atap rumah gue dan akhirnya membangunkan gue. Sejenak gue masih mengumpulkan nyawa sebelum benar-benar bangun. Dari dalam kamar gue ini, terdengar sayup-sayup obrolan dua orang di depan rumah mengiringi gue yang bangkit dari kasur dan berdiri di depan cermin untuk melihat sosok pemuda yang bermuka bantal.
" Jangan ngajak dia ( gue ) kerja " ucap percakapan orang itu yang gue dengar dari balik kamar kepada orang yang pernah ngajak gue bekerja tahun lalu.
Kalimat itu membuat gue yang baru bangun dari tidur, dan lagi ngaca di samping kasur, langsung membanting botol kaca yang di atas meja ke lantai, menutup pintu kamar mandi hingga kedua suara benturan yang gua buat tadi terdengar ke kupingnya yang sedang di luar. Yang ke duanya itu gue jadikan sebagai simbolis " Gak gini cara loe mendidik gue ".
Solusi buat gue biar awet bekerja adalah bagaimana gue gak jumpa dengan "penyakit hati" loe. Gue berhenti bekerja karena gue melampiaskan emosi gue yang ngeliat loe membanting mesin jahit mini karena loe membenahi mesin yang rusak dan loe marah pada kenyataannya loe gak bisa.
Akhirnya gue yang di kamar menegur "UDAH NAPA KALO GAK BISA JANGAN DI TERUSIN" dengan nada tinggi.
Jujur gue menyesal, gue merasa sombong karena memakai nada tinggi menasehati loe. Karena merasa bersalah dan takut gue "sombong" lagi. Gue berhenti bekerja.
Loe adalah salah satu orang yang gue hormati. Cukup lah gue menjadi "Bangsat" disini apabila waktu itu ketika gue mendengar ucapan loe lantas gue lempar botol kaca yang gue genggam ke jendela samping tempat duduk loe. Di saat pecahan kaca itu buyar, itu jelas-jelas gak ada satu detik, itu bisa melukai wajah loe.
Prihal ibu, Ibu gue hanya tau gue berhenti karena faktor tekanan bekerja, karena memang itu yang gue sampaikan kepada beliau. Ibu gak tahu alasan sebenarnya yang bahwa gue habis bertengkar di tempat kita bersama yang indah ini.
Tanggal 2 Januari 2023 kejadian itu gue alami. Sejak itu selama 5 bulan ini gue menahan dendam, gak ada sapaan satu sama lain, gue hilang respek.
Gue pernah denger cerita teman gue yang sakit hati sama ayahnya sehingga dia gak mau ngomong sama ayahnya. Waktu itu gue bilang " kita gak boleh gitu sama orang tua " di dalem hati gue.
Pas gue rasain, ternyata gak mudah buat nerapin " kita gak boleh gitu sama orang tua ".
Sumber : Pemuda laki-laki yang gak mau di sebutkan namanya.
Komentar
Posting Komentar