Di tempat gua tinggal, ada yang namanya Ibu Diah punya 3 anak dan Beliau ini sangat pekerja keras. 2 anak terakhirnya masih menempuh pendidikan sekolah dan kuliah, dan yang anak pertama fokus 4 tahun gak ada kerjaan / nganggur.
Tapi Ibu Diah ini sabar banget ngadepin anak pertamanya. Anak yang satu ini soalnya cerdas soal musik. Kadang dia ini ngamen buat dia jajan dan kepepet pinjol. Disisi lain nih anak, jika meng "apply" pekerjaan dia memilih menjadi Customer Service, karena dia ingin menanggapi konsumen yang mengeluh.
Tapi biar dia ngamen begitu, dia juga suka menonton dan mengomentari Sepakbola Timnas Indonesia. Kalau ada acara Timnas di TV, pas lagi pacaran, dia rela mampir ke warung kopi yang lagi nonton Timnas. Kalau pacarnya gak mau ikut, seketika itu juga acara pacaran di paksa berhenti dengan alasan dia yang "mau ngangkat jemuran" (berbohong).
Suatu hari anaknya ini pernah menantang penagih pinjol buat datang kerumah karena jengkel di teleponin terus. Tapi yaa emang gak dateng-dateng sih itu si DC-nya. Dan akhirnya dia bisa melunasinya.
Ibunya bilang "Jangan suka ngutang-ngutang". Terus si anak yang belum berguna ini cuma "Hmmm" menyatakan "iyak" -nya.
Udah begitu aja kerjaan anak pertamanya "paylater, telat bayar, ngamen". Dan karena banyaknya telepon dari DC ini dia jadikan kerjaan sampingan dia memcapai cita-cita, seolah dia sedang menjadi Ahli Psikolog karena banyak DC yang stres di tekan sama perusahaannya.
Mungkin di dalam hatinya "Wah banyak yang nelpon nih, gua angkat aja ah, sekalian pelan-pelan jadi Customer Service". Emang sih, bener, yang nelpon dia banyak yang marah-marah, tapi kok bisa nih si Beban Keluarga mikir begitu.
Mentang-mentang dia tau kalau DC gak bakal dateng kerumahnya, malah dia bilang " Yaa kalo mau selesai, datang saja ke rumah saya, nanti saya bantu permasalahan Bapak". Cukup melayani sekali yak Customer Service kita kali ini, padahal kan sumber masalah si Bapak DC itu kan dia.
Memang sebagian besar teman-temannya mengenal dia sebagai orang yang pandai mengolah kata dalam berbicara.
Teman-temannya suka nongkrong di rumah dia dari malam sampai subuh gak tidur-tidur. Pokoknya gak kenal waktu dah, mau malam, mau siang, kalau ada yang ke rumah, langsung main. Inilah yang membuat dia banyak teman, bahkan ada temannya yang berada di luar kecamatan tempat dia tinggal.
Di siang hari si Anak pendukung garis keras Timnas Indonesia ini masih tertidur. Kadang kalau temannya datang ke rumah pas dia lagi asik tertidur, dia temui temannya dengan malas.
Terus Bapaknya yang paling gak suka ada tamu ini lalu masuk ke kamar dia, dan membangunkan dia dengan jengkel. Yaa biasalah, gak satu dua temannya yang setiap hari datang ke rumah dia.
Walaupun nongkrong di siang hari dengan segelas kopi sampe malam, orang ini rela mengorbankan tidurnya buat temannya, karena dia bisa ngisep rokok temannya gratis.
Bapaknya membangunkan dia dengan jengkel.
"Bangun, temenin noh" ucap Bapaknya dan langsung keluar dari kamarnya dan dia pun bangun.
Dia pun keluar dengan muka bantal yang tersisa langsung menemui orang yang sudah menunggu. Tapi kali ini dia belum sangat mengenali.
"Abang siapa yak" tanya dia?.
"Saya Forbes bang dari sini" sambil menunjukan Identitas yang di bawahnya tertulis Nama Perusahaan Pinjol.
( WADUH, DC nih ) dalem hati dia terkaget. Bapak Customer yang masih muka bantal ini langsung "to the point" aja dengan memberi sebagian kecil cicilan kepada DC itu dan berjanji di tanggal sekian akan mulai di angsur lalu DC itu pergi.
Ini adalah pengalaman pertama kali anak Ibu Diah di tagih langsung ke rumah. Cukup shock anak ini, tapi hebatnya dia mampu menguatkan dirinya dengan menangis di depan pintu rumah yang di sampingnya ada Bapaknya.
Gua kalau misal ada di situ paling bilang "HAAAHAHAHAHAHA, GIMANA, MULAI DEPRESI YAAK JADI CUSTOMER SERVICE?".
Karena dana yang sulit di cari, itu membuat DC bolak-balik ke rumah. Sehingga membuat Ibu Diah takut kerumah. Akhirnya semua hutang anak ini terlunaskan dengan di bantu menjual gelang emas neneknya. Masalah pinjol selesai. Dan anak Ibu Diah mulai rutin ngamen lagi buat mengganti hutang ke neneknya.
Sore hari waktu itu Ibu Diah sedang melempitkan pakaian, dari luar lalu anak ini datang dengan wajah dan baju yang basah karena keringat.
Ibu Diah "Loh kamu gak berangkat (ngamen)"
Anaknya "Udah kok mah, tapi pas berangkat terus di tengah perjalanan aku mau pulang lagi"
Ibu Diah "Kenapa?"
Anaknya "Aku lupa kalo hari ini ada Timnas lawan Vietnam"
Ibu Diah "HAADEEEHHHH".
Kalian pembaca pasti "HADEEEH" juga.
Apalagi gua sebagai penulis sekaligus merangkap sebagai tokoh "Anak Pertama" Ibu Diah itu.
HAADEEEH BANGET EMANG.
Komentar
Posting Komentar